Jumat, 14 Juli 2017

sejarah desa tulikup

Sebagaimana dimaklumi adanya suatu nama desa dapat diyakini mempunyai suatu latar belakang atau sejarah terhadap berdirinya suatu desa, sehingga nama tersebut dipakai. Namun untuk mengungkap sejarah Desa Tulikup secara pasti tentu harus mengacu pada sumber tertulis yang ada.
Dalam hal ini walaupun agak terbatas sumber tertulis yang ditemukan untuk bisa dipakai acuan, bisa juga dari berbagai informan yang didapat dimasyarakat secara turun temurun.
Dengan demikian untuk mengungkapkan dalam menyusun Sejarah Desa Tulikup ada beberapa tulisan yang berupa babad maupun beberapa infomasi dari tokoh masyarakat . Tetapi berdasarkan cerita yang diproses di masyarakat yang disampaikan oleh para tokoh secara pertemuan dan dapat dipercaya sebagai Sejarah Desa atau kelahiran Desa Tulikup dapat diuraikan sebagai berikut;
Sumber sumber tertulis yang menyebutkan asal-usul Desa Tulikup sementara yang sudah dapat dibaca diantaranya terdapat pada Babad Mantring A, Babad Humetune Sira Arya Bang Pinatih sakeng Brahmana Ingkuna, Prasasti Sira Arya Bang Pinatih Puri Tulikup, Babad Dewa Manggis Kuning, Babad Brahmana Keling atau Sidakarya, Usana Bali, Perjalanan Danghyang Dwijendra, Babad Pasek. Penyebutannya masing-masing sumber tentu tidak sama dan untuk lebih jelasnya akan kami uraikan sedikit masing-masing sumber tersebut diatas yaitu;
Menurut Babad Mantring A menyatakan pada tahun isaka 1099 atau tahun masehi 1177 jaman kerajaan Jaya Kasunu, saat itu Desa Tulikup yang merupakan juga wilayahnya mengalami kegoncangan maka dibuatkan persembahan Upakara kehadapan Ida Sanghyang Widhi oleh Sang Raja untuk mohon keselamatan, dan nama Desa Tulikup disebutkan adalah “Karaman I Katulikup”. Jadi sedikit sekali disebutkan mengenai keberadaan Desa Tulikup hanya masalah tahun dan namanya.
Menurut Babad Humetune Sira Arya Bang Pinatih sakeng Brahmana ingkuna menguraikan perjalanan Kiyayi Anglurah Agung Pinatih menuju Desa Tulikup.
Yang saat itu disebutkan namanya hutan Huruk Mengandang yang kalau diterjemahkan menurut bahasa jawa adalah Turuk Mengandang yang artinya alat kelamin wanita yang besar. Dari sini mungkin diterjemahkan dari dulu nama desanya adalah Telikup. Sedangkan menurut sumber Prasasti Sira Arya Bang Pinatih Puri Tulikup hampir sama, hanya saja ada kejelasan kedatangan Kiyayi Anglurah Agung Pinatih ke hutan Huruk Mengandang pada tahun masehi 1618, yang awal kedatangan mulai dari sebelah timur desa lebih disebutkan ada tonggak sampai sekarang namanya Taba Jero bekas tempat tinggal sementara. Dari sinilah memperluas wilayah Desa Tulikup keutara sehingga sampai di Pura Dalem Agung sekarang, yang dulu disebut Pura Dalem Babakan, yang menurut ceritra para penglingsir ditempat ini dulu sangat angker, saat membabat hutan setiap sampai disini para pengikut menjadi sakit, diantaranya muntah-muntah, sakit kepala, dan lain sebagainya bahkan ada yang sampai meninggal, sehingga para pemimpinnya berpikir penyebab sakit tersebut, dicoba berjanji kalau berhasil selamat semua para pengkut untuk memperluas wilayah akan dibuatkan pelinggih sementara berupa turus lumbung dan setiap hari menghaturkan canang maupun banten saiban akhirnya selamat selamanya.
Baru kemudian lama kelamaan dibangun pelinggih yang agak permanen dinamakan Pura Dalem Babakan, yang maksudnya bekas membersihkan hutan/ makbak alas dimana kiyayi anglurah Agung Pinatih membangun Puri yang masih tertinggal mana saja yaitu Jro Agung atau perempatan Banjar Roban sekarang disudut barat daya posisi pasar ada melanting pasar, dan sebelah utara ada merajan cokorde panji nyalian.
Sedangakan sumber tertulis yang lain tersebut diatas hanya menyinggung nama Desa Tulikup yang berfungsi sebagai saksi upacara besar atau karya. Dan kalau menurut perjalanan Dahyang Dwijendra menganai keberadaan Pura Sakti yang disambut oleh Kiyayi Anglurah Agung Pinatih sebagai mengkuasa saat itu, sampai dimohon untuk tinggal di Desa Tulikup sebagai begawanta. Hanya saat disebutkan desa tulikup adalah pradesa Talikup. Kemudian Kalau dikaitkan dengan jaman pemerintahan Desa Tulikup menurut babad mandring tidak jelas, tapi kalau menurut sumber babad arya Bang Pinatih oleh Puri Sulang sangat jelas pada tahun 1618 awal pengusaan Desa Tulikup, selanjutnya dari Cokerde Panji Nyalian, setelah itu dari Puri Seronggo dan langsung pemindahkan tempat berkuasa ke Jro Tulikup sekarang, kemudian digeser oleh keturunan dari Puri Gianyar yang merupakan penguasa Desa Tulikup terakhir. Jadi kesimpulan nama Desa Tulikup, berawal dari sebutan Katalikup, selanjutnya dari sebutan huruk mengandang / Turuk Mengandang yang artinya alat kelamin wanita yang besar menjadi Pradesa Talikup yang dibaca Telikup, kemungkinan ada rasa malu dengan sebutan tersebut sehingga secara langsung atau pasti tidak tahu, berubah nama menjadi Tulikup yang diartikan kering sekitarnya atau Desa yang kering ( Tuh Ngelingkup ). Demikian yang dapat kami simpulkan secara kurang sempurna atau sederhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar